Kosong
Semuanya terasa benar dan salah di saat yang sama. Bahkan logika dan hati yang berperang sedari dulu pun tak tahu sisi mana yang akan menang. Aku, aku ingin menjadi egois sesekali.
Aku hanya benci ketika duniaku terusik oleh sesuatu. Aku hanya ingin menumpahkan amarah sesekali - yang mana hal tersebut mungkin jarang terjadi karena it's useless, I think. Untuk apa marah, walaupun aku memang sama seperti mereka - manusia yang juga punya perasaan.
Aku mengerti akan luka yang tak kasat mata tersebut. Namun bedanya, aku mencoba menyembunyikan semuanya dan berpikir untuk menjadi dewasa, sedangkan mereka, tidak.
Saat ini, egoisnya, aku berpikir. Bukankah kesenangan yang mereka rasakan itu fana sehingga mereka terus merasakan sakit yang sebenarnya? Apakah jika aku menjawab semua tuntutan mereka maka aku akan mendapatkan apa yang seharusnya? Apakah aku akan mendapatkan semua yang telah hilang dari genggamanku? Apakah dengan begitu semua jalan yang berliku akan terlihat lurus?
Aku hanya benci melihat mereka yang merasa paling menderita. Paling butuh pertolongan. Lakukan hal kecil yang kalian bisa sendiri, kalian masih memiliki tangan, bukan? Pinjamlah tangan Tuhan jika tangan kalian tak mampu untuk menggapai.
"Mereka yang paling banyak tersenyum dan tertawa adalah mereka yang paling berat bebannya," kata pepatah.
Jangan dikira ia yang selalu humoris di depan kalian itu tak punya beban. Ia juga manusia biasa.
Belajarlah dewasa. Masih banyak hal penting yang bisa kalian prioritaskan. Aku tak menyalahkan tentang berbagi, aku juga senang berbagi - hanya jangan membebani diri kalian sendiri dan orang lain.
Jangan terlalu terfokus pada satu hal. Di usia muda, banyak yang bisa dikerjakan dalam satu waktu. Multitasking. Komputer bisa multitask, kenapa kita tidak? Mungkin karena kita bukan komputer.
Dan aku tertawa seperti aku tak merasakan beban. Dan aku melayang di udara dalam impianku, duniaku. Dan aku tersenyum seakan tak pernah merasakan sakit. Dan aku mencoba kuat di atas semua lukaku, retakan jiwaku, labilnya emosiku.. Dan aku berlari di jalan tak berujung seakan tak kenal lelah. Aku bangkit seakan tak pernah terluka.
Semua butuh proses.
Dan aku tahu itu.
Aku hanya benci ketika duniaku terusik oleh sesuatu. Aku hanya ingin menumpahkan amarah sesekali - yang mana hal tersebut mungkin jarang terjadi karena it's useless, I think. Untuk apa marah, walaupun aku memang sama seperti mereka - manusia yang juga punya perasaan.
Aku mengerti akan luka yang tak kasat mata tersebut. Namun bedanya, aku mencoba menyembunyikan semuanya dan berpikir untuk menjadi dewasa, sedangkan mereka, tidak.
Saat ini, egoisnya, aku berpikir. Bukankah kesenangan yang mereka rasakan itu fana sehingga mereka terus merasakan sakit yang sebenarnya? Apakah jika aku menjawab semua tuntutan mereka maka aku akan mendapatkan apa yang seharusnya? Apakah aku akan mendapatkan semua yang telah hilang dari genggamanku? Apakah dengan begitu semua jalan yang berliku akan terlihat lurus?
Aku hanya benci melihat mereka yang merasa paling menderita. Paling butuh pertolongan. Lakukan hal kecil yang kalian bisa sendiri, kalian masih memiliki tangan, bukan? Pinjamlah tangan Tuhan jika tangan kalian tak mampu untuk menggapai.
"Mereka yang paling banyak tersenyum dan tertawa adalah mereka yang paling berat bebannya," kata pepatah.
Jangan dikira ia yang selalu humoris di depan kalian itu tak punya beban. Ia juga manusia biasa.
Belajarlah dewasa. Masih banyak hal penting yang bisa kalian prioritaskan. Aku tak menyalahkan tentang berbagi, aku juga senang berbagi - hanya jangan membebani diri kalian sendiri dan orang lain.
Jangan terlalu terfokus pada satu hal. Di usia muda, banyak yang bisa dikerjakan dalam satu waktu. Multitasking. Komputer bisa multitask, kenapa kita tidak? Mungkin karena kita bukan komputer.
Dan aku tertawa seperti aku tak merasakan beban. Dan aku melayang di udara dalam impianku, duniaku. Dan aku tersenyum seakan tak pernah merasakan sakit. Dan aku mencoba kuat di atas semua lukaku, retakan jiwaku, labilnya emosiku.. Dan aku berlari di jalan tak berujung seakan tak kenal lelah. Aku bangkit seakan tak pernah terluka.
Semua butuh proses.
Dan aku tahu itu.
Komentar
Posting Komentar