Maybe I found peace (a bit) | healing tips + spill
Kemarin dapat kesempatan ikutan sebuah acara 2 hari 1 malam di kota lain. Di beberapa sesi, kita semua sebagai peserta dikasih teori dan praktek untuk self-healing. Kupikir : wah apa ya kira-kira yang dikasih..
Sesi pertama, dapat kelas yang aku suka banget. Pesan yang bisa kuambil : kenali dirimu sendiri. Explore dan terus berdamai sama semua yang kamu punya, mau itu positif atau negatif. Yang namanya manusia, kita semua pasti punya kelebihan dan kekurangan. Punya salah juga. Maafkan diri sendiri, dan maafkan orang lain, just because we deserve peace.
Sesi kedua, ternyata semacam meditasi dan pelepasan emosi negatif. Bukan hal yang asing, karena aku suka meditasi dari SMA, dan aku mulai ngurangin itu karena jadi bisa ngerasain banyak hal yang mungkin ngga semua orang bisa rasain (dan jadi beralih ke renang, karena dengan berenang pun pikiranku tenang dan bisa ngalirin segala pemikiran yang harus dipikir secara tenang). Dan di saat diminta memanggil beberapa hal yang bikin nggak nyaman dari skala 1-10 (diminta di skala 5 aja), aku mulai nginget beberapa event yang akhir-akhir ini lagi aku pikirin.
Allah sayang sama aku, buktinya aku kena beberapa masalah secara bertubi-tubi dalam 1 hari sekaligus sekitar sebulanan lalu. Yap, bohong kalo aku nggak apa-apa pada saat itu. Sempet kesel sama diri sendiri karena ngerasa lemah dan menye-menye. I drew myself away from socmed since then. Yang bikin lebih kesel lagi, aku seakan diingetin kalo banyak hal-hal kecil yang nggak aku syukuri, hanya karena itu terjadi tiap hari dan seakan biasa aja.
Aku lahir di keluarga yang harmonis, rumah yang damai-damai aja hampir setiap saat, dan punya orang tua yang supportif. Di saat sekalinya ortu marahan (tiap pasangan nggak mungkin selalu akur), dan diem-dieman, ternyata kerasa banget. Rumah sepi, ngga ada canda tawa dari ortu yang biasanya kedengeran. Dan aku mulai mikir : gimana ya rasanya mereka yang broken home, yang ortunya sering nggak akur, dll. 1 kali kufur nikmat.
Aku punya sahabat, we share literally about everything. Tiap hari chat, ketawa-ketiwi dari mulai share DM instagram, info, dll. But a month ago, maybe I hurt her. It was a condition that I felt tired for everything. Like being exhausted and overwhelmed physically and mentally. Sebelumnya ngurusin sanggahan lelang yang pokjanya bebal banget, dan ada masalah juga di kerjaan freelance, dan numpahin masalah di sosmed. I didn't think that someone would got hurt. Well, semua orang punya masalah, dan nggak seharusnya aku egois dengan seperti itu karena aku ngerasa diriku lelah, banyak masalah, dan emosi negatif lainnya. Karena selelah dan senegatif apapun, sebenarnya aku nggak boleh nyakitin orang dan numpahin apapun di sosmed. I cursed myself after that.
Di umur sekarang, udah dewasa, I cannot afford to lose another best friend. Lebay yak kayanya, tapi kalo dipikir, memang mau dimana lagi dan mau sama siapa lagi sih yang bisa ngertiin kita hampir di setiap saat. 2 kali kufur nikmat. Kalo dipikir lagi, aku tau dia lagi ada masalah. But maybe, she needs time, I just hope that she is okay.
Biasanya, aku kalo solat, di mushola deket kantor. Hampir setiap Ashar, aku ketemu sama mas guru ngaji yang memang tinggal disitu. Well, aku kenal beliau udah dari kecil. Ya emang sih, paling cuma tuker obrolan ringan. Beliau selalu ngajar kita ngaji sampe sekarang, bukan cuma bacaan doang, tapi sama makna kitab juga. Beliau juga salah satu yang selalu masuk list yang selalu dapat oleh-oleh dari aku (karena kebetulan akhir-akhir ini aku sering keluar kota). Keluarganya memang deket banget sama keluargaku.
Dan udah beberapa bulan ini, beliau sakit. Karena selama sakit beliau nggak tinggal di deket kantor, aku seakan belum ada waktu jenguk. Terakhir ketemu, beliau udah kurus banget. Yang tadinya sakitnya cuma kaya flu biasa tapi sekarang sampe nggak nafsu makan, dan masih dicari penyakitnya apa. Sampai beliau harus pulang kampung gegara penyakitnya itu. Dan nggak tau kapan sembuhnya atau kapan balik kesini lagi. Biasanya, selalu ngobrol ini itu sama beliau setelah Ashar. Biasanya, suka solat berjamaah bertiga sama beliau dan istrinya kalo aku lagi lembur di kantor dan Maghrib sama Isya nya solat di mushola.
Kesel sama diri sendiri karena belum sempet jenguk beliau saat masih di Bandung. Sekarang, tiap Ashar, aku cuma bisa liatin mushaf dan kumpulan hadist beliau yang masih ketinggalan disini. Sekarang, di mushola sepi. Dan aku sadar, aku nggak tau kapan lagi bisa ketemu beliau. Nggak semua orang bisa berani deket sama aku (mungkin karena mukaku sangar dan selalu terlihat tegas buat orang lain), tapi kalau sama beliau sih, udah kayak apa ya.. Deket banget. Udah santai banget mau ngobrolin apapun. Ini kufur nikmat ketiga.
Dan sebenarnya entah berapa kufur nikmat yang kulakukan sampe seumur segini, dan Allah baik banget mengingatkan aku tentang hal itu.
Well, it kinda sucks. Days feel empty. Ya nggak kosong sih, kerjaan selalu banyak. Cuma mungkin kehilangan aja..
Saat lampu mulai dimatikan dan kita diminta untuk tutup mata sambil membayangkan moment nggak menyenangkan di hidup kita, nggak sedikit yang nangis. Nggak sedikit yang sampai sesenggukan dan bombay banget. Me? Aku sih.. Biasa aja. Mungkin karena aku udah biasa meditasi dan melepas emosi negatif yang nempel. Walaupun nggak semua kelepas, tapi ya lumayan lah..
Disitu aku sadar. Orang-orang berbeda cara melepas masalahnya. Ada yang bisa sendiri, ada yang butuh bantuan orang lain. Ada yang harus dibantu seluruhnya, ada juga yang dibantu awalnya aja dan kesananya bisa jalan sendiri. Dan kemampuan orang juga berbeda. Ada yang kayanya nggak punya masalah, padahal lagi ancur-ancuran. Ada juga yang keliatan banget kalo lagi punya masalah.
Kenapa bisa nggak nangis dan nggak kenapa-kenapa pas disuruh ngelepasin emosi negatif? Well, just maybe, because I let it go since I got the problem. Untukku, kalo pas dapet masalah, kalo emang mau nangis, ya nangis aja. Kalo butuh pergi kemana buat ngademin diri (kalo kasusku sih biasanya aku muterin Pecinan, malem-malem, sambil dengerin lagu mellow), ya pergi aja. We all need to think and cope with our problems. Kalo memang butuh cerita sama orang, ya cerita aja. Hal-hal ini dibutuhkan agar kita melihat perspektif baru dalam kehidupan, dalam masalah kita. Agar kita lebih mudah memahami dan memaafkan diri sendiri, orang lain juga. Agar emosi negatif kita berkurang. Lakukan apapun, selama nggak ngerugiin orang lain, selama kita janji sama diri sendiri untuk terus berani menghadapi masalah dan dikit-dikit menyelesaikannya.
Dapet ilmu bagus juga. Memaafkan adalah tingkat tertinggi dalam kehidupan, jadi ya memang kita harus belajar memaafkan diri sendiri dan orang lain agar kita nggak bawa beban berat dalam hidup. Kalau memang ngerasa ngga enak (maksudnya disini ngga enak karena banyak masalah dll), kita harus cari, akarnya dimana. Ini harus dilakukan tanpa menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan keadaan (pokoknya fokusin apa yang bisa kita lakukan untuk membuat keadaan yang lebih baik). Setelah ketemu akarnya, baru bisa diberesin dari mananya awalnya. Yes, healing takes time. I took days or maybe weeks too to find the source. Diberesin satu-satu, pelan-pelan. Kadang semangat, kadang entah mau ngapain lagi. Tapi ya jalani aja.. Emang siklusnya begitu ^^
Intinya, sekecil apapun moment yang bikin kamu senang / bahagia, syukuri aja. Karena dari situlah kita menarik hal-hal yang lebih besar buat datang. Dengan menjadi positif, kita juga menarik berbagai hal positif. Wajar kalo kadang kita kesel sama sesuatu / seseorang, karena di dunia ini nggak ada yang sempurna. Usahain terus inget dan hargai sisi positif mereka, dan peluk sisi negatif mereka. Orang yang sayang sama kita, yang beneran peduli sama kita, pasti luangin waktu buat selalu ada sama kita, baik secara fisik / engga. Kadang, yang harus kita lakuin, ya cuma menggapai mereka. If they love you that much, if they value your relationship that much, they will be there. Nggak usah ngerasa ngerepotin, nambah beban, atau apa, selama kalian selalu ada satu sama lain, ya nggak masalah. Kadang, di dalam masalah, kita jadi lebih menghargai apa yang kita punya.
Pernah baca di satu artikel, katanya jangan cuma survive the storm. Let God reboot your world. Dan yang namanya badai dan reboot, emang rasanya ngga enak. Kitapun nggak punya kemampuan untuk meredakan badai. Kita cuma bisa bertahan, fokus melakukan apa yang kita bisa, dan percaya kalau Allah ngga akan ngasih sesuatu di luar kemampuan kita. Don't let negative things bring you down, don't let negative emotions make you do things you regret later.
After all, wherever you are.. I hope you all find God's light in every darkness you are in. I pray that you would find happiness and peace inside you. I wish that you can stop touching your wound and heal yourself. Problems make you learn how to be patient, how to be grateful, how to avoid taking things for granted. Problems make you stronger and wiser. Maybe, it is just a message from Allah to make you learn how to be thankful for every little things in life in order to give you bigger gifts. So, keep the faith and hang on there. You are stronger, more than you ever know :)
Sesi pertama, dapat kelas yang aku suka banget. Pesan yang bisa kuambil : kenali dirimu sendiri. Explore dan terus berdamai sama semua yang kamu punya, mau itu positif atau negatif. Yang namanya manusia, kita semua pasti punya kelebihan dan kekurangan. Punya salah juga. Maafkan diri sendiri, dan maafkan orang lain, just because we deserve peace.
Sesi kedua, ternyata semacam meditasi dan pelepasan emosi negatif. Bukan hal yang asing, karena aku suka meditasi dari SMA, dan aku mulai ngurangin itu karena jadi bisa ngerasain banyak hal yang mungkin ngga semua orang bisa rasain (dan jadi beralih ke renang, karena dengan berenang pun pikiranku tenang dan bisa ngalirin segala pemikiran yang harus dipikir secara tenang). Dan di saat diminta memanggil beberapa hal yang bikin nggak nyaman dari skala 1-10 (diminta di skala 5 aja), aku mulai nginget beberapa event yang akhir-akhir ini lagi aku pikirin.
Allah sayang sama aku, buktinya aku kena beberapa masalah secara bertubi-tubi dalam 1 hari sekaligus sekitar sebulanan lalu. Yap, bohong kalo aku nggak apa-apa pada saat itu. Sempet kesel sama diri sendiri karena ngerasa lemah dan menye-menye. I drew myself away from socmed since then. Yang bikin lebih kesel lagi, aku seakan diingetin kalo banyak hal-hal kecil yang nggak aku syukuri, hanya karena itu terjadi tiap hari dan seakan biasa aja.
Aku lahir di keluarga yang harmonis, rumah yang damai-damai aja hampir setiap saat, dan punya orang tua yang supportif. Di saat sekalinya ortu marahan (tiap pasangan nggak mungkin selalu akur), dan diem-dieman, ternyata kerasa banget. Rumah sepi, ngga ada canda tawa dari ortu yang biasanya kedengeran. Dan aku mulai mikir : gimana ya rasanya mereka yang broken home, yang ortunya sering nggak akur, dll. 1 kali kufur nikmat.
Aku punya sahabat, we share literally about everything. Tiap hari chat, ketawa-ketiwi dari mulai share DM instagram, info, dll. But a month ago, maybe I hurt her. It was a condition that I felt tired for everything. Like being exhausted and overwhelmed physically and mentally. Sebelumnya ngurusin sanggahan lelang yang pokjanya bebal banget, dan ada masalah juga di kerjaan freelance, dan numpahin masalah di sosmed. I didn't think that someone would got hurt. Well, semua orang punya masalah, dan nggak seharusnya aku egois dengan seperti itu karena aku ngerasa diriku lelah, banyak masalah, dan emosi negatif lainnya. Karena selelah dan senegatif apapun, sebenarnya aku nggak boleh nyakitin orang dan numpahin apapun di sosmed. I cursed myself after that.
Di umur sekarang, udah dewasa, I cannot afford to lose another best friend. Lebay yak kayanya, tapi kalo dipikir, memang mau dimana lagi dan mau sama siapa lagi sih yang bisa ngertiin kita hampir di setiap saat. 2 kali kufur nikmat. Kalo dipikir lagi, aku tau dia lagi ada masalah. But maybe, she needs time, I just hope that she is okay.
Biasanya, aku kalo solat, di mushola deket kantor. Hampir setiap Ashar, aku ketemu sama mas guru ngaji yang memang tinggal disitu. Well, aku kenal beliau udah dari kecil. Ya emang sih, paling cuma tuker obrolan ringan. Beliau selalu ngajar kita ngaji sampe sekarang, bukan cuma bacaan doang, tapi sama makna kitab juga. Beliau juga salah satu yang selalu masuk list yang selalu dapat oleh-oleh dari aku (karena kebetulan akhir-akhir ini aku sering keluar kota). Keluarganya memang deket banget sama keluargaku.
Dan udah beberapa bulan ini, beliau sakit. Karena selama sakit beliau nggak tinggal di deket kantor, aku seakan belum ada waktu jenguk. Terakhir ketemu, beliau udah kurus banget. Yang tadinya sakitnya cuma kaya flu biasa tapi sekarang sampe nggak nafsu makan, dan masih dicari penyakitnya apa. Sampai beliau harus pulang kampung gegara penyakitnya itu. Dan nggak tau kapan sembuhnya atau kapan balik kesini lagi. Biasanya, selalu ngobrol ini itu sama beliau setelah Ashar. Biasanya, suka solat berjamaah bertiga sama beliau dan istrinya kalo aku lagi lembur di kantor dan Maghrib sama Isya nya solat di mushola.
Kesel sama diri sendiri karena belum sempet jenguk beliau saat masih di Bandung. Sekarang, tiap Ashar, aku cuma bisa liatin mushaf dan kumpulan hadist beliau yang masih ketinggalan disini. Sekarang, di mushola sepi. Dan aku sadar, aku nggak tau kapan lagi bisa ketemu beliau. Nggak semua orang bisa berani deket sama aku (mungkin karena mukaku sangar dan selalu terlihat tegas buat orang lain), tapi kalau sama beliau sih, udah kayak apa ya.. Deket banget. Udah santai banget mau ngobrolin apapun. Ini kufur nikmat ketiga.
Dan sebenarnya entah berapa kufur nikmat yang kulakukan sampe seumur segini, dan Allah baik banget mengingatkan aku tentang hal itu.
Well, it kinda sucks. Days feel empty. Ya nggak kosong sih, kerjaan selalu banyak. Cuma mungkin kehilangan aja..
Saat lampu mulai dimatikan dan kita diminta untuk tutup mata sambil membayangkan moment nggak menyenangkan di hidup kita, nggak sedikit yang nangis. Nggak sedikit yang sampai sesenggukan dan bombay banget. Me? Aku sih.. Biasa aja. Mungkin karena aku udah biasa meditasi dan melepas emosi negatif yang nempel. Walaupun nggak semua kelepas, tapi ya lumayan lah..
Disitu aku sadar. Orang-orang berbeda cara melepas masalahnya. Ada yang bisa sendiri, ada yang butuh bantuan orang lain. Ada yang harus dibantu seluruhnya, ada juga yang dibantu awalnya aja dan kesananya bisa jalan sendiri. Dan kemampuan orang juga berbeda. Ada yang kayanya nggak punya masalah, padahal lagi ancur-ancuran. Ada juga yang keliatan banget kalo lagi punya masalah.
Kenapa bisa nggak nangis dan nggak kenapa-kenapa pas disuruh ngelepasin emosi negatif? Well, just maybe, because I let it go since I got the problem. Untukku, kalo pas dapet masalah, kalo emang mau nangis, ya nangis aja. Kalo butuh pergi kemana buat ngademin diri (kalo kasusku sih biasanya aku muterin Pecinan, malem-malem, sambil dengerin lagu mellow), ya pergi aja. We all need to think and cope with our problems. Kalo memang butuh cerita sama orang, ya cerita aja. Hal-hal ini dibutuhkan agar kita melihat perspektif baru dalam kehidupan, dalam masalah kita. Agar kita lebih mudah memahami dan memaafkan diri sendiri, orang lain juga. Agar emosi negatif kita berkurang. Lakukan apapun, selama nggak ngerugiin orang lain, selama kita janji sama diri sendiri untuk terus berani menghadapi masalah dan dikit-dikit menyelesaikannya.
Dapet ilmu bagus juga. Memaafkan adalah tingkat tertinggi dalam kehidupan, jadi ya memang kita harus belajar memaafkan diri sendiri dan orang lain agar kita nggak bawa beban berat dalam hidup. Kalau memang ngerasa ngga enak (maksudnya disini ngga enak karena banyak masalah dll), kita harus cari, akarnya dimana. Ini harus dilakukan tanpa menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan keadaan (pokoknya fokusin apa yang bisa kita lakukan untuk membuat keadaan yang lebih baik). Setelah ketemu akarnya, baru bisa diberesin dari mananya awalnya. Yes, healing takes time. I took days or maybe weeks too to find the source. Diberesin satu-satu, pelan-pelan. Kadang semangat, kadang entah mau ngapain lagi. Tapi ya jalani aja.. Emang siklusnya begitu ^^
Intinya, sekecil apapun moment yang bikin kamu senang / bahagia, syukuri aja. Karena dari situlah kita menarik hal-hal yang lebih besar buat datang. Dengan menjadi positif, kita juga menarik berbagai hal positif. Wajar kalo kadang kita kesel sama sesuatu / seseorang, karena di dunia ini nggak ada yang sempurna. Usahain terus inget dan hargai sisi positif mereka, dan peluk sisi negatif mereka. Orang yang sayang sama kita, yang beneran peduli sama kita, pasti luangin waktu buat selalu ada sama kita, baik secara fisik / engga. Kadang, yang harus kita lakuin, ya cuma menggapai mereka. If they love you that much, if they value your relationship that much, they will be there. Nggak usah ngerasa ngerepotin, nambah beban, atau apa, selama kalian selalu ada satu sama lain, ya nggak masalah. Kadang, di dalam masalah, kita jadi lebih menghargai apa yang kita punya.
Pernah baca di satu artikel, katanya jangan cuma survive the storm. Let God reboot your world. Dan yang namanya badai dan reboot, emang rasanya ngga enak. Kitapun nggak punya kemampuan untuk meredakan badai. Kita cuma bisa bertahan, fokus melakukan apa yang kita bisa, dan percaya kalau Allah ngga akan ngasih sesuatu di luar kemampuan kita. Don't let negative things bring you down, don't let negative emotions make you do things you regret later.
After all, wherever you are.. I hope you all find God's light in every darkness you are in. I pray that you would find happiness and peace inside you. I wish that you can stop touching your wound and heal yourself. Problems make you learn how to be patient, how to be grateful, how to avoid taking things for granted. Problems make you stronger and wiser. Maybe, it is just a message from Allah to make you learn how to be thankful for every little things in life in order to give you bigger gifts. So, keep the faith and hang on there. You are stronger, more than you ever know :)
Komentar
Posting Komentar