ini

Disana. Rumah kedua. Tempat sandaran selama 2 tahun ini. Dimana aku menemukan sosok keluarga kedua. Yang memang perselisihan pun tak dapat dihindari, tapi moment kemarin membuatku menemukan bahwa merekalah salah satu bagian dari hidupku.

Bagian itu. Moment yang selalu merenggut waktu luangku, pikiranku, jiwaku.. dan aku tak pernah menyesal. Toh semuanya kulakukan karena memang itu mauku. Tempat yang memang tak bisa dipanggil surga, tapi membuatku sadar, Tuhan menciptakan saudara bukan hanya karena darah saja.

Tempat itu. Sandaranku selama ini. Yang membuatku mengerti apa yang namanya kedewasaan. Terjatuh dan bangkit bersama, itu yang kurasa. Menghapus air mata dan menggenggam tangan orang lain yang sama-sama berjuang, itu kulakukan. Walaupun sebenarnya aku lelah. Aku capek.

Aku yang terlalu sakit karena ditusuk. Karena aku sadar, tak ada yang bisa melindungiku, sedangkan aku harus melindungi mereka, orang yang kusayangi. Orang yang kuanggap saudara, kakakku, adikku, orang tuaku. Walaupun mungkin sosokku tak begitu berarti di mata mereka..

Luka. Sembuh dan luka lagi. Semua seakan berebut untuk melihat aku berdarah, tersayat. Lemah. Mungkin itu yang orang lihat. Tapi di dalam, aku kuat. Aku terus berdarah dan menyembuhkan lukaku sendiri, apa ada orang yang mampu seperti ini? Entah namanya bodoh atau bijak, tapi kulakukan ini karena aku tahu aku mampu.

Walaupun akhirnya luka yang digoreskan terlalu besar.. Aku ditusuk. Tepat di sini. Sudah kucoba kututupi luka ini, tapi tetap saja, kenapa sih darahnya terus mengalir? Mungkin aku yang selama ini sok kuat, Tuhan..

Kucoba memulihkan lukaku, menghapus tetes demi tetes darah yang keluar. Namun sebesar apapun aku berusaha, ternyata darah yang ada malah mengalir. Haha, apakah ini yang namanya saat terakhir?

Aku menutup mata, memegang goresan yang terus mengeluarkan darah. Tidak, tidak ada tekad dariku untuk menusuk siapa yang telah menggoreskan luka ini. Mungkin ini imbalan karena aku yang terlalu berani, tapi inilah jalan yang kupilih.

Aku butuh waktu, lukaku sakit. Bahkan kali ini aku sendiri pun bertanya, akankah luka ini sembuh atau darah ini yang akan habis terlebih dulu? Manapun yang akan terjadi, disinilah aku, menutup mata, tersenyum pahit, memegang luka.

Sekilas terlintas seringai mereka yang membenciku, yang berhasil melukaiku. Aku tak yakin mereka akan berhasil sekuat aku, dengan luka yang sedemikian parah. Mungkin mereka akan mati duluan atau akan kabur jika mereka di posisiku?

Aku tertawa. Aku menari di atas luka. Ini saatnya, ini saatnya..

Aku meringis dalam senyumku, merasakan luka yang kali ini terlalu dalam. Namun terimakasih telah menggoreskannya,, Prajurit hebat tentu merasakan luka yang dalam selama perang kan??

Saat ini, aku perlu duniaku sendiri. Aku perlu memulihkan diriku dulu, sebelum mungkin aku cukup baik untuk kembali.. Ini bukan yang kumau, tapi ini yang kalian tuntut untukku kan.

Maka itu.. Nikmatilah apa yang kalian buat. Dunia itu tanpaku, setidaknya sampai aku kembali. Dan mungkin di saat aku kembali nanti, kalian akan lebih dewasa dan lebih bijak untuk menghadapi hidup.

Untuk sahabatku disana, saudaraku.. aku titip. Maaf aku yang terlalu lemah, tapi selama apapun itu, aku pasti kembali, mudah-mudahan dengan aku yang bisa lebih baik untuk kalian :)

110612.

Komentar

Postingan Populer