Cerita Sederhana antara Aku dan Mama
Mama, satu kata berjuta makna. Seseorang yang mengajarkan bagaimana untuk menyayangi tanpa meminta bayaran, dan aku yakin kalau dihitung pakai uang, mau triliunan juga nggak akan pernah cukup untuk membayar pengorbanan seorang Ibu demi kita, anaknya.
Mama bukan sarjana lulusan S-1, S-2, apalagi S-3. Mama bukan pekerja kantoran yang sukses, beliau hanya seorang wanita yang berjuang demi keluarganya dengan mengandalkan kemampuan masaknya.
Pagi-pagi, Mama berjualan nasi kuning di depan rumah kami. Papaku sudah pensiun dari pekerjaannya sebagai guru renang, dan sekarang membantu bisnis katering kecil-kecilan Mama. Tapi mungkin ini namanya jalan Tuhan, dengan rezeki dari berjualan saja bisa mengantarkanku menjadi seorang sarjana S-1 Sastra Inggris dengan predikat cumlaude. Berita ini yang kemudian menyebar di antara para langganan dan tidak sedikit dari mereka yang mengucapkan selamat pada Mama sambil menangis haru.
"Nggak nyangka ya, Ibu cuma jualan nasi kuning tapi anaknya bisa sarjana, cumlaude lagi." Dan semuanya dijawab Mama dengan rendah hati.
Di dunia ini tidak ada yang sempurna, tapi Mama adalah salah satu hadiah paling sempurna yang Tuhan berikan untukku. Setelah lelah seharian, Mama masih mau menungguku yang kadang, malah sering, semangat gila kerjanya kambuh dan kelamaan berada di kampus karena menjadi aktivis kampus. Berkat dukungan dan doa Mama, aku bisa menjadi seseorang yang terus mengusahakan yang terbaik untuk setiap hal, dan alhamdulillah, ini yang aku raih. Bisa ke Bali dan Singapura gratis karena menekuni angklung, bisa cumlaude juga. Ini seakan mustahil untuk sukses di beberapa bidang sekaligus, tapi aku percaya, doa Ibu takkan pernah ditolak Tuhan.
Pernah suatu saat, aku dan sahabatku berencana untuk pergi ke kota Malang. Takdir tak dapat ditolak, kami mengalami kecelakaan pada waktu itu. Sebuah mobil menabrak kami dikarenakan supirnya teledor, ia mengebut sambil memainkan ponselnya. Aku terguling jatuh namun terhalang ransel sehingga badanku tidak sampai terguling ke tengah jalan. Aku terus ditanyai orang-orang mengenai keadaanku karena menurut mereka aku terpental dan terguling, padahal sahabatku lukanya lebih parah. Kuku jempol kakinya terlepas sehingga darahnya tidak mau berhenti, sedangkan aku hanya menderita lebam sedikit, Semuanya seakan ajaib. Hal pertama yang aku lakukan adalah menelepon Mama.
Aku bercerita tentang semuanya, dan Mama bilang "Ya udah nggak apa-apa, yang penting kamu selamat, Mama berdoa biar kamu terus dilindungi sama Allah." Dan aku langsung menangis mendengarnya. Sedih sih nggak jadi liburan, namun aku langsung teringat, mungkin jika tidak ada doa Mama, nyawaku sudah melayang.
Mama sosok yang mengajarkan aku kesederhanaan. Keluarga kami bukanlah keluarga yang kaya, namun kami tergolong berkecukupan. Di saat orang lain mengutamakan penampilan yang "wah" ke kampus, aku dengan cuek mengendarai motor Honda Astrea Prima, memanggul ransel butut, dan juga penampilan seadanya. Bukan tidak ada rezeki, aku sadar masih banyak hal yang harus dipenuhi daripada sekedar mengutamakan penampilan. Beberapa dari temanku senang meledekku. dan di saat aku bercerita, Mama cuma bilang "yang penting dibelinya pakai rezeki yang halal." Malu? Aku nggak pernah malu. Aku hanya kesal, namun semuanya sirna dengan kata-kata dari Mama, Buktinya aku tetap masih bisa berprestasi dengan penampilan sederhana.
Aku kesal karena masih menjadi pengangguran, dan Mama bilang "kalau bukan yang terbaik pasti nggak akan dikasih sama Allah, Mama nggak pengen apa-apa, Mama cuma pengen yang terbaik buat anak Mama." Dan di saat aku bisa bekerja freelance, di setiap aku mendapatkan rezeki, aku selalu menyempatkan diri untuk memberikan Mama sesuatu.
Setelahnya Mama pasti bilang "ini harganya berapa? Mahal ya? Kamu juga kan punya banyak yang dipengen.."
Namun semua itu selalu aku jawab dengan "nggak Ma, bayar aja pakai doa Mama."
Aku bisa berkata seperti itu karena doa seorang ibu itu sangat berharga dan bisa sampai menembus langit, dan aku nggak pernah ragu akan hal itu.
Semuanya seakan misteri tentang bagaimana seorang pedagang nasi kuning seperti Mama bisa menghidupi aku dengan hidup enak, bagaimana seorang guru renang seperti Papa bisa membesarkanku sampai aku seperti ini, namun semuanya adalah hal yang patut disyukuri. Semua hal yang seakan tidak masuk ke dalam logika adalah hal yang patut disyukuri, karena itulah anugerah dari Tuhan.Terlepas dari ketidaksempurnaan seorang ibu, masih banyak hal yang bisa disyukuri untuk kehadiran ibu sebagai hadiah dari Tuhan untuk kehidupan kita. Kalau masih ragu, coba bayangkan di saat kita jauh dari Ibu, pasti kita merindukan sosoknya. Mama bagiku lebih dari sekedar orang tua dan sahabat.
Sejauh apapun aku melangkah, sebesar apapun aku nanti, sesukses apapun aku di masa depan, I love you to the fullest, Ma :)
230115
Rizkyka
*Tulisan ini disertakan dalam kegiatan Nulis Bareng Ibu. Tulisan lainnya dapat diakses di website http://nulisbarengibu.com
Mama bukan sarjana lulusan S-1, S-2, apalagi S-3. Mama bukan pekerja kantoran yang sukses, beliau hanya seorang wanita yang berjuang demi keluarganya dengan mengandalkan kemampuan masaknya.
Pagi-pagi, Mama berjualan nasi kuning di depan rumah kami. Papaku sudah pensiun dari pekerjaannya sebagai guru renang, dan sekarang membantu bisnis katering kecil-kecilan Mama. Tapi mungkin ini namanya jalan Tuhan, dengan rezeki dari berjualan saja bisa mengantarkanku menjadi seorang sarjana S-1 Sastra Inggris dengan predikat cumlaude. Berita ini yang kemudian menyebar di antara para langganan dan tidak sedikit dari mereka yang mengucapkan selamat pada Mama sambil menangis haru.
"Nggak nyangka ya, Ibu cuma jualan nasi kuning tapi anaknya bisa sarjana, cumlaude lagi." Dan semuanya dijawab Mama dengan rendah hati.
Di dunia ini tidak ada yang sempurna, tapi Mama adalah salah satu hadiah paling sempurna yang Tuhan berikan untukku. Setelah lelah seharian, Mama masih mau menungguku yang kadang, malah sering, semangat gila kerjanya kambuh dan kelamaan berada di kampus karena menjadi aktivis kampus. Berkat dukungan dan doa Mama, aku bisa menjadi seseorang yang terus mengusahakan yang terbaik untuk setiap hal, dan alhamdulillah, ini yang aku raih. Bisa ke Bali dan Singapura gratis karena menekuni angklung, bisa cumlaude juga. Ini seakan mustahil untuk sukses di beberapa bidang sekaligus, tapi aku percaya, doa Ibu takkan pernah ditolak Tuhan.
Pernah suatu saat, aku dan sahabatku berencana untuk pergi ke kota Malang. Takdir tak dapat ditolak, kami mengalami kecelakaan pada waktu itu. Sebuah mobil menabrak kami dikarenakan supirnya teledor, ia mengebut sambil memainkan ponselnya. Aku terguling jatuh namun terhalang ransel sehingga badanku tidak sampai terguling ke tengah jalan. Aku terus ditanyai orang-orang mengenai keadaanku karena menurut mereka aku terpental dan terguling, padahal sahabatku lukanya lebih parah. Kuku jempol kakinya terlepas sehingga darahnya tidak mau berhenti, sedangkan aku hanya menderita lebam sedikit, Semuanya seakan ajaib. Hal pertama yang aku lakukan adalah menelepon Mama.
Aku bercerita tentang semuanya, dan Mama bilang "Ya udah nggak apa-apa, yang penting kamu selamat, Mama berdoa biar kamu terus dilindungi sama Allah." Dan aku langsung menangis mendengarnya. Sedih sih nggak jadi liburan, namun aku langsung teringat, mungkin jika tidak ada doa Mama, nyawaku sudah melayang.
Mama sosok yang mengajarkan aku kesederhanaan. Keluarga kami bukanlah keluarga yang kaya, namun kami tergolong berkecukupan. Di saat orang lain mengutamakan penampilan yang "wah" ke kampus, aku dengan cuek mengendarai motor Honda Astrea Prima, memanggul ransel butut, dan juga penampilan seadanya. Bukan tidak ada rezeki, aku sadar masih banyak hal yang harus dipenuhi daripada sekedar mengutamakan penampilan. Beberapa dari temanku senang meledekku. dan di saat aku bercerita, Mama cuma bilang "yang penting dibelinya pakai rezeki yang halal." Malu? Aku nggak pernah malu. Aku hanya kesal, namun semuanya sirna dengan kata-kata dari Mama, Buktinya aku tetap masih bisa berprestasi dengan penampilan sederhana.
Aku kesal karena masih menjadi pengangguran, dan Mama bilang "kalau bukan yang terbaik pasti nggak akan dikasih sama Allah, Mama nggak pengen apa-apa, Mama cuma pengen yang terbaik buat anak Mama." Dan di saat aku bisa bekerja freelance, di setiap aku mendapatkan rezeki, aku selalu menyempatkan diri untuk memberikan Mama sesuatu.
Setelahnya Mama pasti bilang "ini harganya berapa? Mahal ya? Kamu juga kan punya banyak yang dipengen.."
Namun semua itu selalu aku jawab dengan "nggak Ma, bayar aja pakai doa Mama."
Aku bisa berkata seperti itu karena doa seorang ibu itu sangat berharga dan bisa sampai menembus langit, dan aku nggak pernah ragu akan hal itu.
Semuanya seakan misteri tentang bagaimana seorang pedagang nasi kuning seperti Mama bisa menghidupi aku dengan hidup enak, bagaimana seorang guru renang seperti Papa bisa membesarkanku sampai aku seperti ini, namun semuanya adalah hal yang patut disyukuri. Semua hal yang seakan tidak masuk ke dalam logika adalah hal yang patut disyukuri, karena itulah anugerah dari Tuhan.Terlepas dari ketidaksempurnaan seorang ibu, masih banyak hal yang bisa disyukuri untuk kehadiran ibu sebagai hadiah dari Tuhan untuk kehidupan kita. Kalau masih ragu, coba bayangkan di saat kita jauh dari Ibu, pasti kita merindukan sosoknya. Mama bagiku lebih dari sekedar orang tua dan sahabat.
Sejauh apapun aku melangkah, sebesar apapun aku nanti, sesukses apapun aku di masa depan, I love you to the fullest, Ma :)
230115
Rizkyka
*Tulisan ini disertakan dalam kegiatan Nulis Bareng Ibu. Tulisan lainnya dapat diakses di website http://nulisbarengibu.com
Komentar
Posting Komentar