Di Bawah Titik Nadir

Semua masa lalu itu,, aku rindu.
Kini aku hidup dalam mimpiku yang dahulu menjadi pertanyaan besar dalam hidupku.  Masa yang ingin segera kuraih, namun nyatanya, tidak semua yang kulukiskan dalam sketsa benakku itu menjadi kenyataan.

Menjadi dewasa tidaklah seenak yang kubayangkan. Kadang kurindukan saat dimana tawa dan canda menggelegar di udara, tanpa memikirkan semua masalah yang datang menghampiri. Mereka bagaikan ikan yang diberi umpan cacing, datang lagi dan lagi walaupun sebenarnya penat menguasai hati.

Aku lelah menghadapi semua ini. Kenyataan yang sungguh jauh dari apa yang pernah kubayangkan. Semua yang terjadi, yang membuat diriku semakin egois, walaupun sikap egois itu lebih memperlihatkan sisiku sebagai manusia biasa.

Aku lelah, hatiku menjerit menghadapi keadaan yang sungguh tak biasa ini. Kungkungan takdir tak dapat kutolak, membuat diriku berevolusi menjadi diriku yang lain. Bagaikan kayu yang dipahat, itulah aku sekarang. Sakit, pedih, deraan kenyataan makin gencar menubruk diriku yang lemah di mata Sang Pencipta.

Namun aku bisa apa? Terombang-ambing bagaikan perahu yang ada di lautan lepas yang hanya bisa mengikuti kemana arus membawaku. Aku hanya mencoba kuat, tak lebih. Aku hanya mencoba tegar, tak lebih. Aku hanya mencoba untuk menjadi yang lebih baik, tak lebih.

Aku tidak ingin jadi munafik. Aku hanya menginginkan apa yang pantas kudapatkan. Mungkin aku tak begitu pandai untuk mengukur diri, Tuhan, mungkin aku seperti pungguk yang merindukan bulan. Aku hanya ingin bermimpi sebebas-bebasnya, tapi masih dengan menjejakkan kakiku di bumi.

Jeritan hatiku mengoar, merobek kesunyian pagi hari ini. Apakah aku salah jika hanya ingin mencicipi secercah cahaya di kegelapan?

Aku masih berdiri di titik yang sama, namun dengan jiwa yang berbeda. Aku tahu, aku masih harus terus berlari dan menginjak kerikil-kerikil yang sama agar mereka berubah menjadi debu.

Aku tak tahu dimana letak keberuntungan, dimana letak keadilan. Aku hanya akan berlari kemana hatiku menuntunku, entah ke dalam kesulitan atau apapun itu,

Aku tahu, aku harus menjadi kuat. Aku tahu, suatu hari nanti, entah bagaimana, akan kudapatkan kebahagiaanku sendiri, akan menjadi nyata semua mimpi yang saat ini hanya dapat menjadi sketsa hitam-putih diri ini.

Ya, suatu saat nanti. Sampai saat itu tiba, aku takkan menyerah. Setidaknya, ketika aku harus mati saat berperang pun, aku takkan dikenang sebagai pecundang.

Komentar

Postingan Populer