Teaser Novel

Jadi sebenernya ini adalah salah satu bagian dari novel saya yang sebenernya berbahasa Inggris. Jadi sebenernya saya nggak tau ini kayak gimana, tapi kayanya menyentuh dikit sih. Nah disini bisalah agak dirasakan dan dianalisa bagaimana novelnya hehehe :D

***
Saat aku akan berjalan ke mobilku, sepasang tangan memelukku erat. Tanpa berbalik pun aku tahu bahwa dia adalah Wen.

"Wen.." panggilku pelan.
"Qing.. Jangan pergi" ia menjawab dengan suara lirih. Ia mengeratkan pelukannya padaku. Aku membiarkannya. Membiarkan keadaan seperti ini untuk sekejap saja.. Bagaimanapun aku merindukannya. Ia yang selama 5 tahun ini terus terjaga di hatiku, aku yang tak pernah berpaling.. Namun sekarang malah ia yang berpaling.
"Wen.. sudahlah" sahutku padanya. Aku bisa merasakan kehadiran Jun, aku tahu bahwa ia melihat kami.
"Tapi Qing.. Aku nggak bisa. Aku nggak bisa kayak gini terus" Wen masih memelukku.
"Wen, kamu cuma bisa memilih. Kamu mau pilih aku atau Jun?" aku bertanya padanya. Aku mencoba untuk menjadi kuat.
"Aku nggak bisa milih salah satu diantara kalian. Kalian berdua sungguh berharga buat aku, aku nggak mau kehilangan kalian.. Aku tahu dia lebih baik daripada kamu Qing, tapi aku beneran nggak bisa milih. Aku nggak mau kamu pergi.." jawabnya.

Aku melepaskan tautan tangannya yang sedari tadi memelukku erat. Aku berbalik dan menatap manik matanya. Aku menghela nafasku dan memejamkan mataku. Aku tak sekuat itu, aku tetap manusia biasa. Andai kalian tahu bahwa aku sangatlah rapuh.. Aku tahu ini sangatlah menyakitkan, tapi lambat laun aku harus bisa menerima semua kenyataan ini. Kenyataan yang berkata bahwa aku sudah tak bisa bersamanya lagi.

Katakan saja bahwa cerita kita seperti menulis pada buku yang sangat tebal. Namun apapun yang terjadi, tulisan kisah kita sudah mencapai lembar yang terakhir.. Kali ini takdir tak berpihak padaku.

"Wen, dengarkan aku. 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Kita tertawa dan menangis bersama, kita menulis semuanya dalam lembaran takdir kita bersama. Kita memulai dan membuka setiap lembarannya bersama, namun mungkin sudah saatnya untuk menyadari bahwa kita sudah berakhir. Semuanya sudah berakhir.." aku berkata padanya.

courtesy of : http://www.officialnook.com/blog/archives/1959
Ini tidaklah mudah. Sama seperti hatimu yang tersayat pedang dan luka yang terus mengeluarkan darah dan kau susah untuk menyembuhkannya. Mau obat semahal apapun, luka itu takkan sembuh dengan cepat. Hanya waktu yang dapat menyembuhkan segalanya.

Aku menatap mereka dan mulai tersenyum. Aku ingat, kita tersenyum bukan karena kita bahagia, tetapi tersenyum dapat membuat kita bahagia. Aku harap senyuman ini dapat membantuku meredam luka yang ada, walaupun itu artinya bahwa lukaku harus dibasuh dengan air garam sekalipun.

Wen menangis. Sungguh, dalam hati ini aku sangat ingin memeluknya. Tetapi segalanya telah berubah. Aku melangkahkan kakiku menuju mobilku, menyembunyikan segala kepedihan yang ada di dalam hatiku.

Jun berlari mengejarku. Aku tahu itu, namun saat ini aku tak berkeinginan untuk mendengarkannya lagi.

"Qing, aku bisa jelaskan semuanya.." ia berkata padaku.
"Sudah tidak ada yang perlu dijelaskan, Jun. Kembalilah dan tenangkan Wen" aku berkata.
"Qing.. maafkan aku yang mencintai cahaya dalam hatimu.."
"Sudahlah, perasaan memang tak bisa ditentukan. Kamu tahu Jun, aku lelah dengan semua ini. Kembalilah, pergilah." aku berkata dengan setenang mungkin, menahan emosiku yang sebenarnya telah membuncah daritadi.
"Qing.."
"Jun, sudahlah". Aku berkata padanya tanpa menoleh. Aku terus berjalan menuju mobilku. Lalu aku masuk ke dalamnya dan mulai menyalakan mesinnya.

Aku tak tahan lagi. Semuanya membuatku gila. Lalu akupun mulai berpikir. Aku mengemudikan mobilku ke sebuah bukit. Setelah sampai, aku duduk di atas rerumputan dan mulai berbicara pada diriku sendiri.

"Jika saja kau tahu aku rapuh. Jika saja kau tahu aku lelah dengan semua ini. Jika saja kau bisa mengerti dan memutuskan apa yang terbaik untukmu, Wen.. Apa yang akan kau lakukan jika saja kau ada di posisiku yang sekarang? Aku tak bisa melihat kesalahanku padamu, dapatkah kau memberitahuku apa salahku? Jika saja aku bertahan, akankah kau berkata bahwa akulah yang terbaik untukmu? Jika kau tahu kalau aku terluka, akankah kau berhenti menjadi kau yang sekarang? Aku benci kondisiku yang sekarang, aku benci.. Katakan padaku aku harus bagaimana.. Aku harus bagaimana, Wen? Jika saja aku bisa menjadi lebih kuat untuk mempertahankanmu agar tetap bersamaku.." aku berbisik lirih pada angin yang berhembus.

Aku mencoba untuk berhenti memeluk kehampaan, mencoba menghilangkan bayangnya yang seakan terus menghantui pikiran. Tapi apakah aku sanggup untuk melakukan semuanya? Aku rapuh. Tapi aku tahu, semuanya takkan berubah.. Jika saja aku bisa memilih, aku takkan pernah memilih jalan yang seperti ini.

Beritahu aku Wen, dimanakah kita sekarang? Aku hilang arah.

Apakah dulu kita bahagia??

****

Ya segitu dulu lah hahaha. Keaduk-aduk nggak moodnya pas baca ini? Atau garing? Ngehehe, ya gitulah namanya juga abal.

Tokoh aku disini adalah Qing, pria usia 21 tahun yang udah pacaran 5 tahun ama Wen. Wen sekampus juga ama Qing, Qing berencana mau ngelamar Wen pas mereka udah lulus nanti. Tapi Wen selingkuh sama sahabat Qing yang namanya Jun dan nggak bisa milih mana yang beneran dia mau. Nyesek nggak sih. Hahaha.

Ya sudah, kalo keaduk emosinya alhamdulillah, kalo nggak yah,, Nggak apa-apa :D

Hikmah yang bisa diambil : jangan plin-plan akan sesuatu, mungkin ada orang lain yang menderita akan keplinplanan kamu itu. Terus, jangan ragu untuk mempertahankan apa yang kamu mau. Lalu, apapun yang terjadi, kamu nggak boleh jadi orang yang menyedihkan, bagaimanapun kamu harus menerima kenyataan.

Yap, sampai berjumpa lagi :D

Kalau mau request cerita atau apalah, bisa ke twitter aku di @qyukey

Thanks udah mau baca :D

Komentar

  1. bisa aja ni bawa emosi pembacanya...hati aku sakit baca ini, pengen nangis :'(

    BalasHapus
  2. masa sih? aku nggak kerasa apa-apa :))

    tengs ea udh review :))

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer